Philip Zimbardo, dalam penelitiannya tentang mengapa orang baik dapat berubah menjadi jahat dan sebaliknya, menemukan bahwa ada dua faktor utama yang mendasari hal tersebut, yakni:
1. Disposisi (dapat dikatakan sebagai kepribadian bawaan seseorang)
2. Situasi (situasi tertentu dapat membuat orang menjadi jahat atau baik)
3. Sistem (Politik, ekonomi, dll yang menciptakan suatu situasi yang dialami orang-orang)
Dari ketiga hal tersebut, peneliti psikologi terdahulu masih yakin bahwa seseorang memiliki sifat jahat dikarenakan mereka memang memiliki 'bibit' jahat sedari lahir. Namun Zimbardo menemukan bahwa hal tersebut tidak benar. Ia menemukan bahwa faktor lingkunganlah yang lebih besar dalam membuat seseorang menjadi jahat. Pada tahun 1970an, ia melakukan eksperimen yang berisiko besar mengenai hal tersebut, yaitu "Stanford Prison Experiment".
Dalam eksperimen ini, ia meminta bantuan sukarelawan untuk rela bermain peran sebagai sipir penjara dan narapidananya untuk 2 minggu penuh. Penelitian ini melibatkan orang-orang yang sama sekali tidak punya sejarah masuk penjara atau melakukan tindak kriminal apapun, dapat dikatakan bahwa mereka semua orang baik-baik. Dari awal penelitian, mereka betul-betul diskenariokan sebagai narapidana, mulai dari dijemput di rumah masing-masing dengan mobil polisi dan borgol dari polisi, hingga aturan-aturan di penjara simulasi yang terletak di ruang bawah tanah Universitas Stanford. Hari-hari pertama penelitian berlangsung sesuai perkiraan, namun pada beberapa hari setelah itu, ada kejadian-kejadian di luar dugaan. Para sipir mulai bertindak di luar instruksi dengan alasan 'mendidik' para napi yang tidak disiplin, diikuti dengan reaksi melawan dari napi. Bahkan ada salah satu napi yang sampai tantrum dan akhirnya harus dikeluarkan dari penelitian karena khawatir akan mendapati efek negatif dari eksperimen tersebut. Karena kekacauan yang terus menerus terjadi, penelitian tersebut diakhiri hanya dalam waktu seminggu.
Dari penelitian tersebut, Zimbardo menarik kesimpulan bahwa faktor lingkungan adalah faktor yang sangat kuat dan dominan dalam mengubah seseorang dari baik menjadi jahat ataupun sebaliknya (penemuan yang menentang teori lama bahwa disposisi (kepribadian) seseorang merupakan hal yang dominan dalam merubah tingkah laku seseorang. Dan dari penelitiannya, Zimbardo menawarkan solusi, yaitu Heroism atau 'kepahlawanan' untuk melawan bobroknya sistem dan situasi yang dihasilkan demi kebaikan umat manusia.
Kepahlawanan yang dimaksud bukanlah pahlawan dalam artian Superman atau hal-hal yang mencengangkan lainnya. Yang dimaksud dengan kepahlawanan adalah kepahlawanan dalam artian berani menentang sistem yang buruk dan fokus pada pemecahan situasi yang buruk menjadi baik dengan menjadi sedikit 'devian' atau berbeda dari orang lain. Zimbardo mencontohkan bahwa dalam kasus penjara Abu Ghraib, ada seseorang yang berani mengungkap perlakuan para sipir yang tidak manusia di sana kepada media, yaitu Joe Darby. Ia berani menanggung ancaman-ancaman teror hanya untuk melakukan 'apa yang seharusnya ia lakukan'. Dan itulah yang disebut dengan kepahlawanan oleh Zimbardo yang ia tuangkan dalam bukunya, "The Lucifer Effect".
Bila berkaca pada keadaan negeri kita, dimana banyak pelanggar lalu lintas dan pelanggar hak-hak asasi manusia di depan mata kita, seharusnya kita malu dan kembali berpikir untuk melakukan tindak kepahlawanan. Seperti slogan yang selalu dikatakan oleh teman saya, "Everyone could be a hero, no matter what".
untuk lebih lengkap, dapat kunjungi website resmi Lucifer Effect. (Khrisnaresa)
2. Situasi (situasi tertentu dapat membuat orang menjadi jahat atau baik)
3. Sistem (Politik, ekonomi, dll yang menciptakan suatu situasi yang dialami orang-orang)
Dari ketiga hal tersebut, peneliti psikologi terdahulu masih yakin bahwa seseorang memiliki sifat jahat dikarenakan mereka memang memiliki 'bibit' jahat sedari lahir. Namun Zimbardo menemukan bahwa hal tersebut tidak benar. Ia menemukan bahwa faktor lingkunganlah yang lebih besar dalam membuat seseorang menjadi jahat. Pada tahun 1970an, ia melakukan eksperimen yang berisiko besar mengenai hal tersebut, yaitu "Stanford Prison Experiment".
Dalam eksperimen ini, ia meminta bantuan sukarelawan untuk rela bermain peran sebagai sipir penjara dan narapidananya untuk 2 minggu penuh. Penelitian ini melibatkan orang-orang yang sama sekali tidak punya sejarah masuk penjara atau melakukan tindak kriminal apapun, dapat dikatakan bahwa mereka semua orang baik-baik. Dari awal penelitian, mereka betul-betul diskenariokan sebagai narapidana, mulai dari dijemput di rumah masing-masing dengan mobil polisi dan borgol dari polisi, hingga aturan-aturan di penjara simulasi yang terletak di ruang bawah tanah Universitas Stanford. Hari-hari pertama penelitian berlangsung sesuai perkiraan, namun pada beberapa hari setelah itu, ada kejadian-kejadian di luar dugaan. Para sipir mulai bertindak di luar instruksi dengan alasan 'mendidik' para napi yang tidak disiplin, diikuti dengan reaksi melawan dari napi. Bahkan ada salah satu napi yang sampai tantrum dan akhirnya harus dikeluarkan dari penelitian karena khawatir akan mendapati efek negatif dari eksperimen tersebut. Karena kekacauan yang terus menerus terjadi, penelitian tersebut diakhiri hanya dalam waktu seminggu.
Dari penelitian tersebut, Zimbardo menarik kesimpulan bahwa faktor lingkungan adalah faktor yang sangat kuat dan dominan dalam mengubah seseorang dari baik menjadi jahat ataupun sebaliknya (penemuan yang menentang teori lama bahwa disposisi (kepribadian) seseorang merupakan hal yang dominan dalam merubah tingkah laku seseorang. Dan dari penelitiannya, Zimbardo menawarkan solusi, yaitu Heroism atau 'kepahlawanan' untuk melawan bobroknya sistem dan situasi yang dihasilkan demi kebaikan umat manusia.
Kepahlawanan yang dimaksud bukanlah pahlawan dalam artian Superman atau hal-hal yang mencengangkan lainnya. Yang dimaksud dengan kepahlawanan adalah kepahlawanan dalam artian berani menentang sistem yang buruk dan fokus pada pemecahan situasi yang buruk menjadi baik dengan menjadi sedikit 'devian' atau berbeda dari orang lain. Zimbardo mencontohkan bahwa dalam kasus penjara Abu Ghraib, ada seseorang yang berani mengungkap perlakuan para sipir yang tidak manusia di sana kepada media, yaitu Joe Darby. Ia berani menanggung ancaman-ancaman teror hanya untuk melakukan 'apa yang seharusnya ia lakukan'. Dan itulah yang disebut dengan kepahlawanan oleh Zimbardo yang ia tuangkan dalam bukunya, "The Lucifer Effect".
Philip Zimbardo dalam Ted.com menjelaskan tentang penelitiannya
Bila berkaca pada keadaan negeri kita, dimana banyak pelanggar lalu lintas dan pelanggar hak-hak asasi manusia di depan mata kita, seharusnya kita malu dan kembali berpikir untuk melakukan tindak kepahlawanan. Seperti slogan yang selalu dikatakan oleh teman saya, "Everyone could be a hero, no matter what".
untuk lebih lengkap, dapat kunjungi website resmi Lucifer Effect. (Khrisnaresa)
10 April 2009 pukul 06.58
hhhmmmm,,iya sih gw setuju kalau dikatakan faktor lingkungan sangat kuat memengaruhi tingkah laku seseorang. ohya,,tambahan juga, yang gw tau tentang penelitian Zimbardo ini, sedikit banyak berbicara tentang peran sosial yang membentuk tingkal laku seseorang. jadi yah, "si sipir" itu bertindak kejam seperti itu karena ada peran sosial yang mereka emban sebagai sipir, sehingga ada internalisasi peran tersebut dalam diri mereka. mungkin yang mereka tau, seperti itulah sipir. begitu juga yang dialami oleh "si narapidana" itu, gituuu....
hhhmmmm... eh btw kalau gw salah or sok tau,,tolong koreksi ya,,, karena gw ga baca bukunya lagi saat tulis komen ini,,,eheehehh..
oiya,,mau tanya nih, bs ga kepribadian dipengaruhi lingkungan??kan katanya kepribadian juga ada yang dinamis & permanen..
10 April 2009 pukul 19.49
komentar lo bener kok fit.. emang disebutin sih si 'sipir' itu jadi kejam karena tuntutan peran untuk mentertibkan napinya..
soal apakah lingkungan mempengaruhi kepribadian atau tidak sih gue ga yakin juga, karena kepribadian dan trait dan sifat itu kita ga bisa bedakan dengan jelas. Mungkin memang lingkungan mengubah sifat seseorang ,tapi belum tentu kepribadiannya berubah ataukan traitnya berubah. jadi yang itu gue ga berani jawab. hehe.. ada yang lain mungkin yang bisa jawab?
10 April 2009 pukul 21.00
gue belom mau jawab, malah mau nambah pertanyaan.
si zimbardo ini bilang gak sih kalo pada dasarnya semua manusia itu baik?
11 April 2009 pukul 20.31
hmmm.. kalo ga salah zimbardo bilang bahwa ada teori yang menyebutkan pandangan tersebut, tapi dia sendiri tidak mengambil posisi ato memihak teori bahwa manusia itu pada dasarnya baik..
12 April 2009 pukul 03.14
Everyone could be a hero.. :) Setuju! Hero adalah salah satu archetype (jejak ingatan) yang dimiliki manusia sadar maupun tidak sadar..
Hero adalah tema kehidupan. Makanya mitos2 banyak --kalau tidak mau dikatakan semua-- menceritakan tentang heroisme..
12 April 2009 pukul 18.00
@laura: betul! tapi yang kadang2 jadi misinterpretasi kalao heroisme itu harus melakukan tindakan yang benar2 impresif.. padahal yang dimaksud ama zimbardo, heroisme cukup dengan bilang "mbak, ngantri dulu" ato bilang "mas, motor jalurnya bukan disini" aja udah cukup 'pahlawan'... hehehe..
14 April 2009 pukul 23.59
Wah iya nih, terkadang emang lingkungan mampu mengubah manusia menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya. kalau menurut gw kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan kemampuan manusia sendiri untuk dapat mengambil pelajaran dari setiap apa yang ia alami, terlepas dari hal itu akan membuatnya menjadi lebih baik atau buruk dimata orang lain, atau bahkan diri sendiri...
7 Mei 2009 pukul 13.41
Looks like an intriguing book, I'll have a read on it next week. Thanks sudah berbagi info.
Salam kenal.
Lex dePraxis
Romantic Renaissance
21 Mei 2009 pukul 19.44
Sampai sekarang saya masih belum bisa menemukan buku Lucifer Effect ini, sayang sekali.
Sementara untuk sekedar referensi silang seputar kepahlawanan, saya undang Anda untuk membaca Being Superhero.
Salam,
Lex dePraxis