Kebahagiaan. Bila dibicarakan, tidak akan ada titik temunya karena hal tersebut sangatlah pribadi. Ada orang yang bahagia hanya dengan makan teratur 3 hari sekali, ada juga orang yang tidak bahagia meski sudah memiliki mobil lebih dari 1. Kebahagiaan menjadi sesuatu yang sangat pribadi bila kita menanyakan pada diri kita masing-masing, namun tidak sedikit penelitian psikologi yang dilakukan untuk mengetahui apa itu "bahagia" dan mengalami "kebahagiaan" sebagai upaya 'menggeneralisasi' arti kebahagiaan.
Bicara tentang penelitian tentang kebahagiaan, hal tersebut sudah menjadi perhatian para ilmuwan psikologi untuk menjadi kajian ilmiah. Tujuannya hanya 1: menemukan rumus umum bagi manusia untuk bahagia, meskipun setiap orang memiliki makna kebahagiaannya sendiri-sendiri. Ada beberapa ilmuwan Psikologi yang telah menemukan kebahagiaan dengan pemaknaannya masing-masing dari hasil penelitian. Sebut saja Veenhoven, Psikolog asal Belanda yang mengatakan satu kalimat, "Bahkan surga pun akan menjadi neraka bila kita berpikir bahwa surga itu tidak menyenangkan". Ia mengemukakan bahwa bahagia atau tidak, bergantung pada bagaimana kita memandang hidup, bagaimana kita bersyukur terhadap apa yang sudah kita miliki. Arbiyah (2008) yang meneliti tentang hubungan antara rasa bersyukur dengan kebahagiaan menemukan bahwa rasa bersyukur memiliki korelasi positif dengan kebahagiaan. Semakin besar rasa bersyukur seseorang, maka semakin bahagia pula orang tersebut.
Sonja Lyubomirsky, seorang psikolog Amerika yang berasal dari Rusia tertarik meneliti tentang kebahagiaan karena pada masa kecilnya di Amerika, ia terheran-heran melihat orang-orang yang murah senyum padanya - sesuatu yang tidak biasa dilihatnya di negara asalnya, Rusia. Ia mendefinisikan seseorang yang bahagia adalah seseorang yang sering merasakan emosi positif, seperti: senang, riang, bertekad, dan emosi-emosi lainnya. Penemuan Sonja tersebut baru hanya melingkupi aspek 'emosi' atau aspek perasaan seseorang.
Ed Diener, seorang psikolog yang sudah lama mengkaji mengenai kebahagiaan atau "Subjective Well-being" (menurut istilahnya) mengatakan bahwa ada 2 aspek yang harus dipertimbangkan saat menelaah apakah seseorang telah mengalami kebahagiaan. Kedua aspek tersebut adalah aspek afektif (emosi) seperti yang telah dikatakan Sonja Lyubomirsky dan aspek kognitif. Kebahagiaan pada aspek kognitif seseorang dilihat dari seberapa puaskah seseorang terhadap hidupnya dengan terlebih dahulu menimbang-nimbang apa yang telah ia miliki dan jalani. Salah satu pertanyaan yang dapat mengindikasikan apakah seseorang telah puas secara kognitif adalah, "Bila ada kesempatan untuk mengulang hidup anda, sejauh apakah anda ingin mengubah hidup anda?".
Lain halnya dengan Martin Seligman, Presiden American Psychological Association dan pendiri aliran psikologi Positif, yang mengatakan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya atau "Authentic Happiness" akan didapat apabila seseorang menjalankan apa yang sesuai dengan karakter moral, yaitu hal yang kita anggap sesuai dengan pandangan hidup kita. Ia menyebutkan ada 6 karakter moral utama yang ada pada manusia dan keenam karakter moral tersebut berbeda-beda pada masing-masing individu.
Penelusuran mengenai kebahagiaan sudah menjadi hal yang menarik umat manusia sejak beribu-ribu tahun lalu. Filsuf Yunani kuno membedakan 2 jenis kebahagiaan, yaitu eudaimonia dan hedonis. Telah menjadi pertanyaan apakah seseorang bahagia karena telah mencapai hal yang diinginkannya ataukah ia bahagia karena sedang menjalani hal yang diinginkannya. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan mengenai kebahagiaan yang tidak dapat dijawab dengan sederhana. Meskipun begitu, sebagai bentuk kontribusi kita terhadap penemuan 'rumus' kebahagiaan hidup, mungkin kita semua dapat merenungkan apa arti kebahagiaan menurut diri kita masing-masing.
Konsep Diri: Tips Pemahaman Potensi Diri
3 tahun yang lalu
12 Januari 2009 pukul 20.38
terkadang sebagian dari kita hanya merasakan euforia sesaat. apakah ada yang namanya eternal happiness?
well, the show must go on :)
14 Januari 2009 pukul 04.56
Menurut gue happiness adalah kepuasan hidup. Jadi hasil dari manipulasi pikiran. You can be rich and unhappy, or not rich and happy, base on what you think and feel about your world.
:)
Sayang hanya sedikit orang yang menyadari hal yang sederhana ini :P. Coba deh baca 'The Art of Happiness' karangannya Dalai Lama. Gue rasa buku itu bisa cukup memberikan arah bagi kita yang menginginkan kebahagiaan. :)
17 Januari 2009 pukul 23.44
@Laura: well, honestly, g ga gt demen dengan buku2 yang diberi embel2 cara menjadi bahagia. karena, imho, bahagia bukanlah standarisasi :)
18 Januari 2009 pukul 05.00
@Vendy: Iyah. "I don't need people to tell me what to do. Apalagi berkaitan dengan happiness, my happiness." ;p
Tapi ketika seseorang yang sudah pernah merasakannya dan mencoba membagikannya melalui buku, aku rasa tidak ada salahnya untuk mengetahui pengalaman orang lain. Siapa tahu bisa membawa kita kepada - yang katanya merupakan tujuan setiap orang dalam hidup ini - kebahagiaan.. :)
Lagipula buku itu tidak mencoba memberikan 'cara2' untuk menjadi bahagia.. Buku itu membuka mata untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna.. Yah, kebahagiaan itu sendiri.. :P
18 Januari 2009 pukul 21.33
kebahagiaan sejati, adalah dengan melakukan apa yang kita senangi dan menyenangi apa yang kkita lakukan....
19 Januari 2009 pukul 04.09
@Laura: maksudnya mengalami hidup berdasarkan replikasi pengalaman kebahagiaan orang lain?
cmiiw, bukannya itu sama aja bilang "masakan pedas itu sedap tenan rek!" ke orang yang lambungnya ga kuat makan masakan pedas?
kita terkadang berkutat dengan dadu "siapa tahu" tanpa tahu kemana kita melangkah.
mungkin seperti kata bung Yudiantara, jawabannya cuma kita sendiri yg tahu ;)
20 Januari 2009 pukul 06.03
@Vendy: Bukan replikasi.. :) Tapi seperti Buddha kembali turun dari nirwana untuk manusia, ia katakan:
'Aku telah mengetahui jalannya, dan sekarang aku sedang menunjukkan ARAHnya'..
Bukan replikasi,, tapi arahnya,, mungkin Anda dengan mudah mendapatkan kebahagiaan tapi tidak semua orang demikian.. oleh karena itu, aku mencoba untuk merekomendasikan buku dari Dalai Lama berjudul 'The Art of Happiness', untuk lebih memahami hidup dan memperoleh kebahagiaan..
@all: Dalai Lama, entah apa yang ia miliki, telah diajak kerja sama dengan beberapa psikolog terkenal.. Misalnya saja oleh Daniel
Goleman (penulis buku Emotional Intelligence).. dan yang terbaru adalah Paul Ekkman (Oh my God!! dia legenda peneliti mengenai emosi manusia.. great!).. dan aku secara pribadi sangat menghormati Dalai Lama, karena pikirannya yang sungguh damai dan penuh cinta terhadap sesama. He is one of the great man in this century!
Begitu juga aku akan merekomendasikan buku Authentic Happiness dari Seligman, buku itu bisa membantu kita memahami kekuatan karakteristik diri dan mengasahnya untuk bisa memperoleh kebahagiaan yang authentic..
The Eternal
Happiness..
:)
8 Februari 2009 pukul 16.48
kebahagian ukurannya bukan harta, kecantikan, pangkat dan "atribut atribut keduniaan" lainnya.
Kebahagiaan adanya di dalam hati kita.
Makanya jagalah hati kita ( AA Gym)agar kebahagiaan ada dalam diri kita
4 Oktober 2009 pukul 10.08
Jadi, Definisi Konseptual dari kebahagiaan apa? Saya tertarik meneliti tentang kebahagiaan para Hafidz Al-Quran yang ada di kampus saya. Kalau punya teori yang legkap tentang keahagiaan, tolong kasih tau saya via email ya...Mohon bantuannya,,,Terima kasih