Psikologi Indonesia Goes Blogging

Blog yang berisi mengenai semua hal yang berkaitan dengan Psikologi ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai Psikologi kepada masyarakat Indonesia dalam bentuk bacaan ringan.


Personality, atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan kepribadian, adalah suatu konsep yang mungkin sama tua-nya dengan bahasa manusia. Trait (atau sifat dalam bahasa Indonesia) memiliki 2 asumsi besar (Matthews, Deary & Whiteman, 2003) yaitu bahwa sifat itu stabil seiring dengan waktu dan yang kedua, sifat dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku.

Kita sering mempercayai sifat seseorang sebagai ’true nature’, sesuatu yang terberi. Ingatkah Anda jika menghadapi teman yang seringkali marah-marah, dan Anda mencoba berkepala dingin menghadapainya dengan menghibur diri, ”Yah maklum deh, udah dari sananya dia memang suka marah-marah.” Dalam contoh ini, sifat dilihat sebagai sesuatu yang merupakan komponen tingkah laku yang dibawa dari lahir, sama misalnya seperti belang pada harimau Sumatera. ”Sudah dari sananya”.

Namun sifat dan kepribadian ini tidak serta merta eksklusif terlihat dalam tingkah laku manusia saja loh, hewan pun memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Sebelumnya saya pernah mendengar dari ’Kelompok Pecinta Binatang’(yang ini saya baca dari Forum Jual Beli Fauna di Kaskus),

”Jangan mengadopsi anjing karena lucu-nya saja, ingat bahwa anjing juga memiliki kepribadian masing-masing yang harus dikenali. Jangan sampai kita mencintai anjing ketika puppy karena lucu, kemudian mengabaikan mereka ketika mereka dewasa hanya karena kepribadiannya yang ’buruk’”.

Saya tidak pernah bisa mengerti kalimat tersebut sampai kesempatan kemarin saya memelihara beberapa kelinci. Selama ini total 6 kelinci yang telah saya pelihara (saat ini tinggal dua). Kelinci pertama saya bernama Poo, seekor kelinci Australia berwarna hitam. Ia sangat pintar, dalam dua hari ia sudah bisa litter dropping (pup dan pee pada tempatnya) dengan baik, jika dipanggil dari berbagai arah ia akan mendatangi kita (ia sudah dapat mengenali namanya sendiri), bahkan ia sengaja merendahkan kepalanya meminta untuk dielus, Poo adalah seekor kelinci yang suka disayang dan digendong, ia tidak pernah menolak. Sayangnya ia tidak bertahan lama. Poo meninggal dalam perjuangannya menghadapi penyakit diare yang ia derita.

Berdasarkan pengalaman memelihara Poo, saya pikir semua kelinci sama pintar dan baik seperti dia, namun betapa kecewanya saya ketika saya memelihara Embot Oren, Embot Coklat, Embot Putih, dan KoalaLa Bobotai sekarang ini. Mereka semua sangat bertentangan dengan Poo. Embot Oren tidak mendatangi ketika dipanggil, Embot Coklat sama sekali tidak suka digendong/disayang, KoalaLa Bobotai yang pup dan pee dimana-mana sampai badannya bau banget(sehingga namana Bobotai, Bau Bau Tai haha), dan embot putih yang akan saya ceritakan berikut.

Embot Putih adalah kelinci yang paling lama saya pelihara, sehingga saya paling mengenal dirinya. Dia adalah kelinci PALING BERSIH yang pernah saya temui, selalu membersihkan badannya, sama sekali tidak berbau, menolak makanan yang bau, litter dropping pada tempatnya, bahkan terkadang ia tercium wangi (dalam artian bukannya bau tak sedap, Embot Putih malah memiliki bau badannya sendiri yang bisa dibilang untuk ukuran binatang, wangi)!! Kasihan sekali dirinya harus share kandang dengan KoalaLa Bobotai yang sangat bau pesing, dan jorok. Embot putih jarang mau diganggu kalau lagi beraktifitas (lari2, dsb), namun jika ia sedang istirahat/tiduran kita bisa mengelus, menggendong, bahkan bisa meniduri dia saking miripnya dengan bantal karena gepeng dan berbulu haha. How cute.
When we admit to adopt animal, we have to accept them and say ’I love you just the way you are’. ^^ Walaupun sering kesal karena Bobotai bau, saking baunya sampai mengira dia adalah kukang yang menyamar jadi bunny haha, tapi tetap saja ‘I love her just the way she is’.

Sama seperti manusia, hewan juga memiliki sifat dan kepribadian. Baik yang (selama ini menurut pandangan sosial) ’baik’, maupun ’buruk’. Pada dasarnya mereka adalah makhluk hidup yang juga ingin dicinta apapun tingkah laku yang muncul dari dirinya.

Pengenalan akan sifat dan kepribadian binatang bisa membuat kita lebih menghargai makhluk hidup (human/non-human). Berbeda binatang dan sifatnya, berbeda pula cara kita menghadapi dirinya. Sehingga kita bisa menerima dan mencintai makhluk lain, bukan karena atribut yang menempel dan sementara (sekedar lucu, timbal balik, jelek, atau apapun) tapi lebih jauh lagi karena melihat mereka sebagai pribadi yang utuh.


“We share the same earth. We breathe the same air. Respect and love is the key to keep the balance among beings.”


[Poto kelinci berdasarkan urutan muncul: Embot Coklat, Embot Oren, Embot Putih, dan KoalaLa BoboTai (yang paling lucu dan paling bau hehe) ^^]


Oleh: Lora


Sumber:

Matthews, G., Deary, I.J., Whiteman, M.c. (2003). Personality Traits 2nd Edition. Electronic: Cambridge University Press




4 komentar

  1. Anonim  

    saya cuma bilang, itu kelinci memang imut kok..guemessss saya neh..hehehe

  2. Anonim  

    hahahaha, saya suka gaya penulisan anda :))

    emang bener, kayak wanita, makhluk hidup kayak kelinci itu pun butuh dimengerti :D

  3. salad and hot cappucinno  

    kelinci ku diare pagi ini. duh gmana yah supaya ga is death???

  4. Laura  

    Kelinci diare..? Berikan oralit yang tidak berasa pada air minumnya.. Terus cekokin Diapet dan berikan pucuk daun jambu.. Hindari sayuran, berikan makanan pelet kering..

    Insya allah akan sembuh secepatnya..

Posting Komentar

User Tracking Widget

usability studies by userfly

Psi! Goblog

Psikologi Indonesia Goes Blogging

Recent Posts

Recent Comments

Tags

^Lora^ (15) abu ghraib (1) anak (1) analisa (2) analitis (1) asal mula (1) Atheist (1) bahagia (2) bedah film (2) belajar (1) Binatang (1) budaya populer (1) bunuh diri (1) calling (1) career (1) carl rogers (1) cinta (1) Dalai Lama (1) daniel h. pink (1) dewasa (1) ebook (1) edukasi (1) eksistensial (2) eksperimen (3) ekspresi (1) empati (2) erotomania (1) etiologi (1) filosofi (2) Freud (3) ganteng (1) gardner (1) Gay (4) Gender (1) grand indonesia (1) graphologi (1) Green Psychology (1) grimace project (1) hamil (1) happiness (1) heroism (1) hidup (1) homoseksual (4) hubungan romantis (1) identifying (1) indonesia (1) industri dan organisasi (1) insting (1) jerawat (1) job (1) Jung (1) Juno (1) kamar (1) karir (4) Kebahagiaan (3) kelompok (1) Kematian (1) kepahlawanan (1) kepercayaan diri (1) Kepribadian (5) kesetiaan (1) Khrisnamusti (1) kognitif (5) komitmen (1) konformitas (1) Krisis identitas (1) Kung fu Panda (1) listen to yourself (3) lucifer effect (1) makanan (3) meja kerja (1) mind reading (2) Mitos (1) Music dum-dedumtumtum (1) nasionalisme (1) orang tua (1) orgasme (1) otak kanan (1) otak kiri (1) pacaran (1) panggilan (1) Peace (2) pekerjaan (4) pembunuh berantai (1) pemilu (1) pendidikan seks (3) perempuan (1) perkembangan teknologi (1) pheromone (1) Philip Zimbardo (1) poligami (1) Prejudice (1) presiden (1) profil (1) proses (1) Psikoanalisis (4) psikologi (24) psikologi lingkungan (1) psikologi pendidikan (1) psikologi seksual (1) psikologi transpersonal (1) psikopat (4) psikopatologis (3) psikosis (3) psycamp (1) Realita (1) remaja (3) review buku (2) review film (2) revolusi (1) sejarah (1) seks (2) self-help (1) selligman (1) sintesa (1) sintesis (1) Sosial (4) sosiopat (2) spiritual (3) stalking (1) stereotipe (1) steve jobs (1) stres (1) subjective well-being (1) Tao (2) teknologi (1) Tidur siang (1) tinggi (1) Tips (1) totlol (1) tulisan (1) video (1) vygotsky (1) wajah (1) wanita (1)