Psikologi Indonesia Goes Blogging

Blog yang berisi mengenai semua hal yang berkaitan dengan Psikologi ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai Psikologi kepada masyarakat Indonesia dalam bentuk bacaan ringan.

Secara natural, ternyata manusia bukanlah mahluk yang setia. Tentunya definisi setia yang saya gunakan di sini adalah definisi setia yang sangat ketat, yaitu, benar-benar menutup diri kepada hubungan cinta (romantic relationship), atau hal-hal yang mungkin akan berkembang menjadi hubungan cinta, di luar hubungan yang telah dimiliki. Kenapa saya katakan manusia tidak setia? Karena secara natural, manusia cenderung memperhatikan lingkungannya untuk mencari orang-orang yang potensial untuk menjadi pasangan cintanya, walau pun pada saat itu dia sudah memiliki pasangan.

Nando Pelusi, seorang psikolog klinis, menemukan bahwa manusia seringkali menciptakan ‘asuransi cinta’ bagi dirinya. Yaitu, mendekati atau sekedar memikirkan orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk menjadi pasangan dirinya, sebagai cadangan jika hubungan yang telah dimiliki manusia itu saat ini kandas. Bahkan, ditemukan bahwa ternyata banyak pemakai jasa layanan pencari pasangan di internet (online dating) sebenarnya sudah berada dalam ikatan pernikahan.

Alasan dari perilaku ini diperkirakan adalah warisan dari evolusi. Manusia, demi memastikan agar dirinya dapat berreproduksi, akan membawa dirinya sejauh mungkin dari kemungkinan tidak memiliki pasangan. Artinya, memiliki ikatan cinta dengan seseorang rupanya tidak cukup untuk membuat seorang manusia merasa aman. Dia tetap merasa harus memiliki ‘jaring pengaman’ andaikata dia terlepas dari hubungan ini.

Hanya saja, memikirkan orang lain (yang mungkin dapat menjadi pasangan anda) saat anda sudah memiliki pasangan, tidak berarti seseorang tidak dapat berkomitmen pada hubungan yang sedang dijalani. Tapi, kedua pasangan harus benar-benar memfokuskan dirinya pada hubungan yang sedang dijalani. Mereka harus secara aktif mencintai pasangannya, dan dapat menerima si pasangan apa adanya. Kalau tidak? Kita mengenal yang namanya selingkuh dan ketidaksetiaan, bukan? Apalagi, kalau mendapat sokongan dari budaya, perilaku poligamilah yang akan terjadi.

Sebagai penutup, Arriaga dan Agnew, peneliti psikologi sosial, mengatakan bahwa salah satu syarat sebuah hubungan dapat dipertahankan saat pasangan itu bertengkar adalah, bahwa orang lain yang berpotensi menjadi pasangan baru tidak “available”. (Dion)

8 komentar

  1. Anonim  

    yon.. bagus blognya!! you should do more promotion so more people would read it. it's good!! keep writing! kapan2 gue jg sumbang artikel dong..

  2. Khrisnaresa Adytia  

    dion.. judul lo panjangnya 24 kata.. skripsi aja maksimal ga sampe belasan (gue lupa berapa). hehehe..
    hmm, jadi secara ga langsung tidak ada kata 'I love you forever and ever' dong?

  3. Dion Dan Dunia  

    untuk fitri: thanks:)

    untuk pane: i love u forever and ever? none whatso-friggin'-ever!!!
    hehehe...

    sori balesnya pendek, komputer gue lagi ga beres, tiba2 windowsnya suka nutup sendiri.

  4. Nia Janiar  

    "Manusia, demi memastikan agar dirinya dapat berreproduksi, akan membawa dirinya sejauh mungkin dari kemungkinan tidak memiliki pasangan."

    v
    v
    v

    Balik lagi ke filsafat lama, manusia bertanggung jawab atas keberlangsungan spesiesnya. Dan balik lagi ke pemikiran lama, kagak ada yang mau jadi perawan/perjaka/janda/duda kelamaan.

  5. Virgy's blog  

    wew, menarik juga yah...
    kalo memang pada dasarnya (menurut hukum evolusi) manusia pasti akan mencari jodoh untuk memiliki keturunan, kok masih ada yah orang yang tahan hidup gak nikah yah?

  6. Dion Dan Dunia  

    untuk Nia:
    gue ga bisa lebih setuju lagi. hehe...

    Untuk Virgy:
    yah, itulah efek samping dari kebebasan berkehendak manusia (free will). kan kebebasan berkehendak datang setelah insting reproduksi datang (free will datang di akhir evolusi manusia), sebagai tanda kemajuan otak manusia. ya, yang lebih canggih bisa menguasai yang lebih primitif, dong.

  7. akuajah  

    "syarat sebuah hubungan dapat dipertahankan saat pasangan itu bertengkar adalah, bahwa orang lain yang berpotensi menjadi pasangan baru tidak available".
    emang bnr ya??darimana tuh??
    jd sbnarnya suatu hubungan bisa bertahan hanya krn ada 1 orang saja yg available utk kita??
    trus kalo ada sseorang yg bisa mmpertahankan hubungan dgn kondisi bertengkar, sedangkan ada bberapa org yg available utk dia,,gmna tuh??

  8. Anonim  

    Kierkegaard will have a say on this. ;p

Posting Komentar

User Tracking Widget

usability studies by userfly

Psi! Goblog

Psikologi Indonesia Goes Blogging

Recent Posts

Recent Comments

Tags

^Lora^ (15) abu ghraib (1) anak (1) analisa (2) analitis (1) asal mula (1) Atheist (1) bahagia (2) bedah film (2) belajar (1) Binatang (1) budaya populer (1) bunuh diri (1) calling (1) career (1) carl rogers (1) cinta (1) Dalai Lama (1) daniel h. pink (1) dewasa (1) ebook (1) edukasi (1) eksistensial (2) eksperimen (3) ekspresi (1) empati (2) erotomania (1) etiologi (1) filosofi (2) Freud (3) ganteng (1) gardner (1) Gay (4) Gender (1) grand indonesia (1) graphologi (1) Green Psychology (1) grimace project (1) hamil (1) happiness (1) heroism (1) hidup (1) homoseksual (4) hubungan romantis (1) identifying (1) indonesia (1) industri dan organisasi (1) insting (1) jerawat (1) job (1) Jung (1) Juno (1) kamar (1) karir (4) Kebahagiaan (3) kelompok (1) Kematian (1) kepahlawanan (1) kepercayaan diri (1) Kepribadian (5) kesetiaan (1) Khrisnamusti (1) kognitif (5) komitmen (1) konformitas (1) Krisis identitas (1) Kung fu Panda (1) listen to yourself (3) lucifer effect (1) makanan (3) meja kerja (1) mind reading (2) Mitos (1) Music dum-dedumtumtum (1) nasionalisme (1) orang tua (1) orgasme (1) otak kanan (1) otak kiri (1) pacaran (1) panggilan (1) Peace (2) pekerjaan (4) pembunuh berantai (1) pemilu (1) pendidikan seks (3) perempuan (1) perkembangan teknologi (1) pheromone (1) Philip Zimbardo (1) poligami (1) Prejudice (1) presiden (1) profil (1) proses (1) Psikoanalisis (4) psikologi (24) psikologi lingkungan (1) psikologi pendidikan (1) psikologi seksual (1) psikologi transpersonal (1) psikopat (4) psikopatologis (3) psikosis (3) psycamp (1) Realita (1) remaja (3) review buku (2) review film (2) revolusi (1) sejarah (1) seks (2) self-help (1) selligman (1) sintesa (1) sintesis (1) Sosial (4) sosiopat (2) spiritual (3) stalking (1) stereotipe (1) steve jobs (1) stres (1) subjective well-being (1) Tao (2) teknologi (1) Tidur siang (1) tinggi (1) Tips (1) totlol (1) tulisan (1) video (1) vygotsky (1) wajah (1) wanita (1)