Psikologi Indonesia Goes Blogging

Blog yang berisi mengenai semua hal yang berkaitan dengan Psikologi ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai Psikologi kepada masyarakat Indonesia dalam bentuk bacaan ringan.


Di masa depan, kemampuan analitis saja sudah tidak cukup bagi seseorang untuk sukses. Seorang pengusaha, atau sebuah perusahaan, juga harus memiliki kemampuan sintesis.

Pengertian kemampuan analitis adalah kemampuan memecah-mecah sebuah masalah atau kebutuhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian mencarikan jawaban kepada masalah-masalah tersebut. Contoh, untuk menjual sebuah produk, pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab adalah yang berkaitan dengan segmen pasar, harga yang sesuai dengan daya beli pasar, keunggulan yang dimiliki dari produk dan lain-lain. Sedangkan kemampuan sintesis adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dari berbagai elemen yang sebelumnya tidak dianggap berkaitan. Contoh, menyatukan pengetahuan seorang pengacara tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan juri atau hakim dan kemampuan photoshop seorang ahli visual untuk menciptakan barang bukti foto yang menonjolkan (bukan merubah) faktor-faktor yang mempengaruhi tadi.

Kemampuan analitis adalah kemampuan yang dimiliki oleh otak kiri, sedangkan kemampuan sintesis adalah kemampuan yang dikuasai otak kanan. Oleh karena itu, di masa depan, orang dengan keunggulan di otak kiri saja sudah tidak terpakai. Yang diperlukan oleh pekerjaan-pekerjaan di masa depan adalah orang dengan keunggulan di otak kiri yang juga mendapat dukungan kuat oleh otak kanan. Ada enam kemampuan otak kanan yang harus dimiliki oleh para pekerja di masa depan (dibahas di bagian dua), yaitu kemampuan membuat desain, kemampuan membuat cerita, kemampuan menciptakan simphoni, kemampuan berempati, kemampuan bermain dan kemampuan menciptakan makna.

Ada tiga hal yang mendukung argumen bahwa di masa depan kemampuan otak kiri saja sudah tidak cukup, yaitu, Asia, Abundance dan Automation.

Asia. Dengan adanya teknologi internet, makin banyak pekerjaan eksekutif di negara maju yang dikirim keluar ke negara berkembang. Contoh, pekerjaan sebagai seorang akuntan. Saat ini, di India sudah banyak akuntan yang memiliki kemampuan setara dengan akuntan di Amerika. Oleh karena itu, banyak perusahaan akuntan yang mengirim permintaan pembuatan laporan keuangan mereka pada tenaga outsource di India. Lalu, pekerja di India cukup meng-e-mail balik pekerjaannya. Gaji para akuntan India ini lebih dari 10 kali lebih murah dari akuntan di Amerika. Oleh karena itu, orang dengan kemampuan analitis di masa depan yang sukses adalah orang yang bukan hanya mengerti sebuah keahlian (misal, akuntansi) tapi orang yang dapat membuat pekerjaan baru dari keahliannya (misal, menjadi pimpinan perusahaan akuntansi yang menggunakan jasa akuntan dari Asia).

Abundance. Saat ini, industri sudah berkembang pesat. Supply lebih banyak dari demand. Sehingga, harga barang menjadi sangat murah karena semua produk harus bersaing jika mau selamat. Lebih jauh lagi, harga produk-produk buatan desainer kini menjadi makin murah. Pembeli kini sudah mulai bergeser dari sekedar mencari fungsi barang, tapi juga mencari barang yang dapat memberikan makna bagi hidup, atau yang sesuai dengan gaya hidupnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk membuat barang yang dapat memenuhi kebutuhan akan fungsi (kemampuan otak kiri) saja sudah tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah, selain dapat berfungsi dengan baik, barang yang dapat memberikan dampak emosi atau mempunyai makna bagi si pembeli. Contoh, handphone. Saat ini handphone sudah tidak bersaing di kemampuan fungsional, tapi di kemampuan handphone tersebut mewakili gaya hidup pemiliknya.

Automation. Makin banyak teknologi yang merebut profesi manusia. Software SPSS sudah membuat profesi ahli stastik tidak semisterius dulu. Bahkan, kini kemampuan analisa penyakit dokter di Amerika sudah mulai diambil alih oleh komputer, tentu saja dengan tingkat ketepatan lebih tinggi dari seorang manusia yang masih memiliki emosi. Oleh karena itu, profesional di masa depan bukan hanya orang yang dapat menganalisa, tapi juga dapat menyentuh sisi manusia dari orang yang membutuhkan analisanya. Contoh, karena kemampuan analisa dokter makin digantikan oleh komputer, dokter di masa depan adalah dokter yang dapat menjelaskan hasil analisa komputer dengan kata-kata awam dan penuh empati kepada pasien-pasiennya.

Kemampuan baru ini akan dikuasai jika seseorang memiliki enam kualitas otak kanan yang sudah disebut diatas (design, story, empathy, simphony, play, dan meaning). Seseorang yang memiliki enam kualitas ini akan menjadi seseorang yang high concept (mampu mensintesis) dan high touch (mampu memberikan dampak emosi pada pekerjaannya), dua persyaratan dari pekerja sukses di masa depan yang tak hanya memiliki kemampuan otak kiri, tapi juga kemampuan otak kanan.

p.s.: Bagian dua dari buku ini adalah penjelasan dan argumen lebih lanjut dari enam kualitas di atas, serta berbagai teknik untuk melatih kemampuan tersebut. (Dion)

0 komentar

Posting Komentar

User Tracking Widget

usability studies by userfly

Psi! Goblog

Psikologi Indonesia Goes Blogging

Recent Posts

Recent Comments

Tags

^Lora^ (15) abu ghraib (1) anak (1) analisa (2) analitis (1) asal mula (1) Atheist (1) bahagia (2) bedah film (2) belajar (1) Binatang (1) budaya populer (1) bunuh diri (1) calling (1) career (1) carl rogers (1) cinta (1) Dalai Lama (1) daniel h. pink (1) dewasa (1) ebook (1) edukasi (1) eksistensial (2) eksperimen (3) ekspresi (1) empati (2) erotomania (1) etiologi (1) filosofi (2) Freud (3) ganteng (1) gardner (1) Gay (4) Gender (1) grand indonesia (1) graphologi (1) Green Psychology (1) grimace project (1) hamil (1) happiness (1) heroism (1) hidup (1) homoseksual (4) hubungan romantis (1) identifying (1) indonesia (1) industri dan organisasi (1) insting (1) jerawat (1) job (1) Jung (1) Juno (1) kamar (1) karir (4) Kebahagiaan (3) kelompok (1) Kematian (1) kepahlawanan (1) kepercayaan diri (1) Kepribadian (5) kesetiaan (1) Khrisnamusti (1) kognitif (5) komitmen (1) konformitas (1) Krisis identitas (1) Kung fu Panda (1) listen to yourself (3) lucifer effect (1) makanan (3) meja kerja (1) mind reading (2) Mitos (1) Music dum-dedumtumtum (1) nasionalisme (1) orang tua (1) orgasme (1) otak kanan (1) otak kiri (1) pacaran (1) panggilan (1) Peace (2) pekerjaan (4) pembunuh berantai (1) pemilu (1) pendidikan seks (3) perempuan (1) perkembangan teknologi (1) pheromone (1) Philip Zimbardo (1) poligami (1) Prejudice (1) presiden (1) profil (1) proses (1) Psikoanalisis (4) psikologi (24) psikologi lingkungan (1) psikologi pendidikan (1) psikologi seksual (1) psikologi transpersonal (1) psikopat (4) psikopatologis (3) psikosis (3) psycamp (1) Realita (1) remaja (3) review buku (2) review film (2) revolusi (1) sejarah (1) seks (2) self-help (1) selligman (1) sintesa (1) sintesis (1) Sosial (4) sosiopat (2) spiritual (3) stalking (1) stereotipe (1) steve jobs (1) stres (1) subjective well-being (1) Tao (2) teknologi (1) Tidur siang (1) tinggi (1) Tips (1) totlol (1) tulisan (1) video (1) vygotsky (1) wajah (1) wanita (1)