Pernahkah Anda merasa berada dalam suatu kebiasaan yang terus menerus Anda ulang? Walaupun dalam hati Anda, Anda mengetahui bahwa hal tersebut salah dan tidak baik bagi hidup Anda? Anda berusaha keluar dari kebiasaan Anda, namun berulang kali jatuh pada lubang yang sama dan seakan berada di lingkaran setan yang tidak bisa Anda hentikan siklusnya.
Dunia mengetahui konsep evolusi pertama kali ketika Darwin mempublikasikan bukunya yang berjudul On the Origin of Species (1859). Darwin mengatakan bahwa setiap makhluk hidup berjuang untuk memperoleh posisinya di bumi kita ini melalui proses survival of the fittest, dimana makhluk yang paling tepat akan bertahan hidup.
Kemudian dunia kembali digemparkan oleh Freud yang mengatakan bahwa manusia bukan hanya memiliki insting untuk hidup (yang dalam bahasa Freud ’eros’), namun juga memiliki insting untuk mati (’thanatos’). Benarkah demikian? Kalau begitu insting kematian sangatlah bertolak belakang dari prinsip bertahan hidup yang biasanya dimiliki oleh hewan dari species manapun! Bahkan lebih lanjut Freud mengatakan bahwa insting kematian ini memiliki dorongan yang lebih kuat dibandingkan dengan insting untuk hidup.
Apa buktinya? Yang jelas terlihat adalah kasus bunuh diri. Sisanya adalah bukti bahwa manusia sering melakukan tindakan yang sifatnya self-destructive, dengan kata lain menyakiti diri sendiri dengan cara mengulang tingkah laku yang mendatangkan ’harm’ bagi diri. Seringkali mencoba untuk keluar, namun tetap terjatuh pada kesalahan yang sama. Dan sering sekali mengeluh tentang hal tersebut!
Saya memiliki teman yang tidak bisa mengontrol pola makannya. Ia sering mengeluh ketidaknyamanan dirinya ketika mengkonsumsi banyak makanan, ’terlalu begah’ katanya. Namun dengan segala keluhannya itu, ia tetap tidak bisa mengontrol pola makannya. Tetap menikmati dalam memakan dan selalu mengeluh seusainya. Kenyataan tentang pola makan ini bukan hanya dialami oleh mereka yang kelebihan berat badan (obesitas), bahkan saya pun tidak bisa mengontrol pola makan, hehe, walaupun tubuh saya tidaklah gemuk.
Lain cerita, saya memiliki teman lain selalu mengeluhkan mengenai hubungannya dengan wanita. Ia terus menerus mengencani wanita cantik yang hanya berorientasi pada uang yang ia miliki. Saya sempat tenang ketika ia berhasil mengakhiri hubungannya dengan wanita ’matre’ pertama, namun kemudian ia kembali menjalani hubungan yang sama dengan wanita cantik lainnya yang hanya menginginkan materi darinya. Berulang kali saya mencoba menyadarkan dia, bahkan ia pun menyadari hal yang sama. Namun tetap saja tidak bisa keluar dari hubungan ’materialistik’ tersebut dan terus menerus mengeluhkan hubungannya setiap berkesempatan meneleponku. Mungkin hal serupa terjadi pada mereka yang terus menerus mempertahankan hubungan abusive dengan justifikasi cinta.
Contoh-contoh ekstrim diatas mungkin tidak dialami oleh Anda, namun salah satu dari tingkah-laku-mengarahpada-penghancuran-diri ini Anda miliki (diambil dari suite101.com):
Intinya setiap perilaku yang Anda ketahui buruk jika terus dilakukan, namun terus Anda lakukan, dan tingkah laku itu bisa membawa Anda ‘menghancurkan’ diri Anda sendiri, adalah Repetition Compulsion. Mungkin selama ini belum Anda sadari, tapi tingkah laku itu perlahan-lahan mengikis kebahagiaan Anda, sampai akhirnya kesehatan dan kehidupan Anda.
Insting ini dimiliki setiap manusia.
Bagaimana cara menghentikannya?
Pertama, kita harus mengetahui bahwa pada dasarnya kita memiliki ketidak-sadaran yang mendorong kita untuk melakukan tingkah laku destructive yang sama secara terus menerus. Cara untuk menghentikannya adalah membawa ketidak-sadaran itu ke kesadaran dengan cara self-awareness. Kenalilah diri Anda, apa yang Anda inginkan, apa yang Anda butuhkan. Jujurlah terhadap diri sendiri mengenai tingkah laku yang walaupun Anda tolak berada dalam diri Anda, namun sebenarnya Anda miliki. Setelah itu atasilah pikiran-pikiran dan perasaan Anda itu. Cari masalahnya, selesaikan masalahnya, lalu seyogyanya Anda dapat hentikan repetition compulsion ini.
Misalnya pada teman saya yang selalu jatuh cinta pada orang yang salah: kenalilah kebutuhan (kebutuhan untuk dicinta, kebutuhan untuk mendapatkan wanita cantik), mengapa? (karena ketakutan sendiri, atau tidak dicintai oleh orang lain), yang dirasakan ketika diperdaya (kesal karena tidak ada cinta, yang ada hanyalah ’pembelian cinta’ dengan materi), solusi masalah (mencari wanita yang tepat yang bisa mencinta dan bukan sekedar ’dibeli’ dengan uang).
Memang sangatlah mudah untuk mengatakan solusi, namun bagaimanapun juga perubahan yang menyakitkan dan mungkin bisa jadi perjalanan panjang ini akan berbuah hal yang manis bagi Anda: Well-being. Keutuhan hidup yang Anda jalani, dan senyum manis pada setiap hari Anda..
”Now, it is your decision to CHANGE. Or just simply stay where you are, destructing yourself slowly by doing these repetition compulsions. You choose!”
(Lora)
(gambar diambil dari http://www.xoospace.com/myspace/graphics/19100.jpg)
Dunia mengetahui konsep evolusi pertama kali ketika Darwin mempublikasikan bukunya yang berjudul On the Origin of Species (1859). Darwin mengatakan bahwa setiap makhluk hidup berjuang untuk memperoleh posisinya di bumi kita ini melalui proses survival of the fittest, dimana makhluk yang paling tepat akan bertahan hidup.
Kemudian dunia kembali digemparkan oleh Freud yang mengatakan bahwa manusia bukan hanya memiliki insting untuk hidup (yang dalam bahasa Freud ’eros’), namun juga memiliki insting untuk mati (’thanatos’). Benarkah demikian? Kalau begitu insting kematian sangatlah bertolak belakang dari prinsip bertahan hidup yang biasanya dimiliki oleh hewan dari species manapun! Bahkan lebih lanjut Freud mengatakan bahwa insting kematian ini memiliki dorongan yang lebih kuat dibandingkan dengan insting untuk hidup.
Apa buktinya? Yang jelas terlihat adalah kasus bunuh diri. Sisanya adalah bukti bahwa manusia sering melakukan tindakan yang sifatnya self-destructive, dengan kata lain menyakiti diri sendiri dengan cara mengulang tingkah laku yang mendatangkan ’harm’ bagi diri. Seringkali mencoba untuk keluar, namun tetap terjatuh pada kesalahan yang sama. Dan sering sekali mengeluh tentang hal tersebut!
Saya memiliki teman yang tidak bisa mengontrol pola makannya. Ia sering mengeluh ketidaknyamanan dirinya ketika mengkonsumsi banyak makanan, ’terlalu begah’ katanya. Namun dengan segala keluhannya itu, ia tetap tidak bisa mengontrol pola makannya. Tetap menikmati dalam memakan dan selalu mengeluh seusainya. Kenyataan tentang pola makan ini bukan hanya dialami oleh mereka yang kelebihan berat badan (obesitas), bahkan saya pun tidak bisa mengontrol pola makan, hehe, walaupun tubuh saya tidaklah gemuk.
Lain cerita, saya memiliki teman lain selalu mengeluhkan mengenai hubungannya dengan wanita. Ia terus menerus mengencani wanita cantik yang hanya berorientasi pada uang yang ia miliki. Saya sempat tenang ketika ia berhasil mengakhiri hubungannya dengan wanita ’matre’ pertama, namun kemudian ia kembali menjalani hubungan yang sama dengan wanita cantik lainnya yang hanya menginginkan materi darinya. Berulang kali saya mencoba menyadarkan dia, bahkan ia pun menyadari hal yang sama. Namun tetap saja tidak bisa keluar dari hubungan ’materialistik’ tersebut dan terus menerus mengeluhkan hubungannya setiap berkesempatan meneleponku. Mungkin hal serupa terjadi pada mereka yang terus menerus mempertahankan hubungan abusive dengan justifikasi cinta.
Contoh-contoh ekstrim diatas mungkin tidak dialami oleh Anda, namun salah satu dari tingkah-laku-mengarahpada-penghancuran-diri ini Anda miliki (diambil dari suite101.com):
- Emotional eating, or eating too much or too little
- Drinking too much or alcoholism
- Unsafe, unprotected promiscuity
- Drug addiction
- Working all the time, workaholic
- Constant misery, complaining, or sour attitude - a common form of repeating the past
- Chronically choosing the wrong man or woman
- Picking the same type of friends (bad ones)
- Chronic negativity or pessimism
- Trying to "make" others love us - another common form of repeating the past
- Constant financial struggles
- Persistent struggles with illness or disease
Intinya setiap perilaku yang Anda ketahui buruk jika terus dilakukan, namun terus Anda lakukan, dan tingkah laku itu bisa membawa Anda ‘menghancurkan’ diri Anda sendiri, adalah Repetition Compulsion. Mungkin selama ini belum Anda sadari, tapi tingkah laku itu perlahan-lahan mengikis kebahagiaan Anda, sampai akhirnya kesehatan dan kehidupan Anda.
Insting ini dimiliki setiap manusia.
Bagaimana cara menghentikannya?
Pertama, kita harus mengetahui bahwa pada dasarnya kita memiliki ketidak-sadaran yang mendorong kita untuk melakukan tingkah laku destructive yang sama secara terus menerus. Cara untuk menghentikannya adalah membawa ketidak-sadaran itu ke kesadaran dengan cara self-awareness. Kenalilah diri Anda, apa yang Anda inginkan, apa yang Anda butuhkan. Jujurlah terhadap diri sendiri mengenai tingkah laku yang walaupun Anda tolak berada dalam diri Anda, namun sebenarnya Anda miliki. Setelah itu atasilah pikiran-pikiran dan perasaan Anda itu. Cari masalahnya, selesaikan masalahnya, lalu seyogyanya Anda dapat hentikan repetition compulsion ini.
Misalnya pada teman saya yang selalu jatuh cinta pada orang yang salah: kenalilah kebutuhan (kebutuhan untuk dicinta, kebutuhan untuk mendapatkan wanita cantik), mengapa? (karena ketakutan sendiri, atau tidak dicintai oleh orang lain), yang dirasakan ketika diperdaya (kesal karena tidak ada cinta, yang ada hanyalah ’pembelian cinta’ dengan materi), solusi masalah (mencari wanita yang tepat yang bisa mencinta dan bukan sekedar ’dibeli’ dengan uang).
Memang sangatlah mudah untuk mengatakan solusi, namun bagaimanapun juga perubahan yang menyakitkan dan mungkin bisa jadi perjalanan panjang ini akan berbuah hal yang manis bagi Anda: Well-being. Keutuhan hidup yang Anda jalani, dan senyum manis pada setiap hari Anda..
”Now, it is your decision to CHANGE. Or just simply stay where you are, destructing yourself slowly by doing these repetition compulsions. You choose!”
(Lora)
(gambar diambil dari http://www.xoospace.com/myspace/graphics/19100.jpg)
14 September 2008 pukul 09.29
lora, gw sedikit bingung mengenai cerita yang teman pria lo yang selalu terlibat hubungan percintaan yang materialistik. Mungkin gak kalo dia memang tidak tahu kalau setiap pasangannya adalah perempuan matre...
bagaimana..?
-pane
20 September 2008 pukul 13.18
saya juga merasakan hal yang sama, saya selalu melakukan hal yang tidak saya sukai dan saya ulang ulang terus . saya ingin menghentikan tapi juga sangat menikmati kekonyolan tersebut. dua hal yang sangat bertentangan dan ini membuat saya jatuh bangun dalam kehidupan nyata. tolong kasih solusi yang lebih banyak supaya saya punya ide jitu untuk meninggalkannya. tanks....
24 September 2008 pukul 02.51
wah loro gw paling seneng banget neh kalo ngomongin freud, apalagi konsepsinya tentang eros dan thanatos. oke teruslah ambil jalan melingkar menuju kematian lora.
8 Oktober 2008 pukul 23.30
@Pane:
Engga kok. Coba aja dipikir: wanita yang terakhir ini, baru pertama kali bertemu dengan temanku langsung bilang ‘aku sayang kamu’, secara logis semua orang juga berpikir pasti ada yang ‘aneh’. Entah karena wanita itu ‘matre’ atau yah wanita haus perhatian sampai segitunya. Hehehe. Napa Pan? Lo juga fall for the wrong person yah? :p
@Asyifa:
Mengatasi repetition compulsion adalah hal yang tidak mudah karena berhubungan dengan ketidaksadaran. Yang menjadi masalah merupakan pribadi yang terus mengulang ‘hal buruk’ bagi dirinya. Awalnya seseorang tidak menyadari kompulsi yang ia ulang. Jika menyadari pun, seperti Anda dan kita semua, tidak bisa mengubah karena terlanjur jatuh kepada sebuah siklus yang tak bisa dipotong. Lalu bagaimana dunk?
Saya percaya bahwa setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk memilih jalan yang ia yakini paling baik dalam kehidupannya. Seberapa Anda yakin bahwa kebiasaan itu salah? Seberapa Anda yakin bahwa pilihan Anda akan membawa Anda pada jalan kesengsaraan? Keyakinan Andalah yang bisa membawa Anda melepas siklus repetition compulsion ini. Karena to stop is to firmly choose to stop! Untuk berhenti adalah untuk secara kokoh dan yakin klo Anda ingin berhenti. Jangan biarkan ketidaksadaran Anda mengendalikan hidup Anda. Biarlah kesadaran Anda mengendalikan diri Anda untuk berhenti!
Sebenarnya kan itulah yang menjadi masalah kebanyakan orang dalam menghentikan kebiasaan adiktif, menghentikan hubungan abusive, karena mereka tidak yakin untuk berhenti! Maka adapula teman saya yang berhenti ga berhenti berhenti, putus nyambung putus lagi nyambung lagi. Apakah itu adalah pilihan kita untuk hidup? Berada pada ambang yang tidak bisa diri kendalikan??
Saya rasa jawabannya tidak. Hmm, oleh karena itu hal yang bisa Anda lakukan untuk berhenti adalah diri Anda sendiri. To be mature to choose what is good for yourself. Atau jika Anda berpikir Anda sulit sekali mengendalikan diri Anda dari tingkah laku destruktif, Anda bisa menghubungi orang lain yang bisa melihat secara objektif masalah Anda dan membantu memberikan alternatif solusi, seperti psikolog. ;)
25 Oktober 2008 pukul 22.49
Pembahasan mengenai pendekatan Psikoanalisa Sigmund Frued emang gak ada habisnya deh. btw nice article neh non...
Salam kenal dari blogger kalteng