Rumah saya lagi direnovasi. Otomatis banyak kuli bangunan yang berwara-wiri dan mondar-mandir kesana kemari. Di rumah saya, ada beberapa orang pegawai perempuan. Para kuli sering menggoda seperti batuk berlebihan (entah mengapa rasanya saya ingin menyumpahi agar dia TBC sekalian) atau mengeluarkan bunyi 'sit suit' atau 'tak tok tak tok', yang mana itu sangat menganggu sekali. Begitu juga saya. Saya pun tidak terlepas dari gairah gejolak muda para kuli dalam kicauan suit menyuit.
Bagi saya dan teman-teman perempuan saya, ini sangat menganggu sekali. Rasanya untuk bersimpati bahwa mereka terlalu lama hidup di dunia laki-laki dan mereka jarang melihat perempuan, itu sangat dan tidak akan pernah terjadi. Keberadaan saya, rumah saya - tempat dimana saya merasa nyaman dari saya lahir - tiba-tiba dimasuki orang lain yang baru seumur jagung membenahi rumah tapi berperilaku kurang ajar. Jelas, ruang hidup saya menyempit, ruang hidup saya terancam.
Entah dengan pegawai perempuan lain, tetapi bagi saya, ini adalah pelecehan seksual. Setelah browsing kesana kemari, saya menemukan definisi yang sama (entah mereka saling menyalin satu sama lain) dan sayangnya akan saya copy lagi disini. Website e-psikologi bilang bahwa pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan.
Namun saya punya definisi sendiri. Bagi saya, dilecehkan adalah menurunnya nilai-nilai kemanusiaan saya sebagai manusia yang punya potensi, kemampuan, pendapat, pengalaman, pikiran, inteligensi, perasaan, daaann lainnya. Dilecehkan secara seksual berarti saya dianggap objek pemuas, dianggap saya tidak punya nafsu (karena ybs yang terlalu nafsu), tidak mampu melawan, dianggap pakaian saya seronok, dianggap saya kecentilan, dan lainnya. Saya tidak setuju bahwa pelecehan seksual terjadi karena perempuan yang berpakaian minim. Ah, sekarang anak kecil dan orang tua pun jadi korban pelecehan, bahkan pemerkosaan. Bahkan anak santri pun bisa diperkosa.
Anyways, saya pernah dilecehkan melalui sms jorok yang seronok. Rasanya jijik membaca dan jijik sama orang yang mengirimkan. Orang tersebut mencoba meminta maaf dan mencoba berperilaku baik, tapi ternyata sama saja. Entah apa karena ia pernah dilecehkan oleh orang lain sehingga membuatnya cacat karakter dan tanpa disadari ia merasa adanya kenikmatan ketika ia melampiaskannya kepada orang lain. Saya pun sulit memaafkan sampai sekarang karena saya merasa marah, saya merasa gusar, saya merasa... 'Bisakah kamu sopan? Bisakah untuk tidak kurang ajar? Bisakah kamu tahan nafsumu? Bisakah kamu menutup mulut dan melakukan pekerjaan kamu dengan baik dan benar? Mind your business!'
Membahas pelecehan seksual memang sangat luas, karena yang satu merasa hanya sekedar iseng atau menggoda sedangkan yang satu lagi merasa betul-betul dilecehkan. Intinya, pelecehan ini masih bersifat subjektif. Hanya dirasakan oleh yang bersangkutan. Pelecehan seperti godaan atau siulan tidak menimbulkan memar seperti baru dipukuli sehingga tidak ada bukti fisik, namun jelas "keamanan" seseorang menjadi terganggu.
Pelecehan seksual bisa terjadi karena perbedaan kekuasaan: posisi, jabatan, gender, dan lainnya. Pelecehan tidak hanya terjadi di jalan, tetapi juga di tempat kerja. Ya... misalnya seperti kasus DPR sekarang deh. Di luar kebenaran siapa yang sebenarnya melecehkan (karena sampai sekarang masih tidak jelas dan kedua belah pihak terus berkelit), saya merasa salut dengan mantan sekretaris. Bagaimana ia - yang dipaksa melayani bosnya dibawah ancaman - membuka kedoknya blak-blakan di depan media? Ia memberi tahu apa yang dilakukan bosnya, di ruang mana tempat mereka melakukannya, bagaimana strategi saling sembunyi ketika mau check in di hotel, dan lainnya. Padahal masuk ke media adalah media akan menelanjanginya, membuatnya transparan. Seperti berlian di dalam etalase, ia akan terus dilihat dan diperhatikan. "I am seen transparant, transparant, transfixed."
Saya tidak menyebutkan kalau pria yang selalu melakukan pelecehan seksual (dan saya baru menyebutnya sekarang). Tapi bukan berarti perempuan tidak melakukannya. Perempuan pun tanpa disadari melecehkan laki-laki. Terkadang perempuan berkomentar mengenai gender laki-laki, terkadang perempuan pun mengumbar humor seksual, dan lainnya. Contohnya seperti film Disclosure dimana laki-laki menjadi korban pelecehan seksual.
Jadi, hormatilah masing-masing. Bilang saya copycat, bilang saya plagiator, bilang saya tukang salin. Tapi menurut saya, ini benar: Protect yourself from sexual harassment, don't wait until it happens, but do it... now!
-Nia-
Bagi saya dan teman-teman perempuan saya, ini sangat menganggu sekali. Rasanya untuk bersimpati bahwa mereka terlalu lama hidup di dunia laki-laki dan mereka jarang melihat perempuan, itu sangat dan tidak akan pernah terjadi. Keberadaan saya, rumah saya - tempat dimana saya merasa nyaman dari saya lahir - tiba-tiba dimasuki orang lain yang baru seumur jagung membenahi rumah tapi berperilaku kurang ajar. Jelas, ruang hidup saya menyempit, ruang hidup saya terancam.
Entah dengan pegawai perempuan lain, tetapi bagi saya, ini adalah pelecehan seksual. Setelah browsing kesana kemari, saya menemukan definisi yang sama (entah mereka saling menyalin satu sama lain) dan sayangnya akan saya copy lagi disini. Website e-psikologi bilang bahwa pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan.
Namun saya punya definisi sendiri. Bagi saya, dilecehkan adalah menurunnya nilai-nilai kemanusiaan saya sebagai manusia yang punya potensi, kemampuan, pendapat, pengalaman, pikiran, inteligensi, perasaan, daaann lainnya. Dilecehkan secara seksual berarti saya dianggap objek pemuas, dianggap saya tidak punya nafsu (karena ybs yang terlalu nafsu), tidak mampu melawan, dianggap pakaian saya seronok, dianggap saya kecentilan, dan lainnya. Saya tidak setuju bahwa pelecehan seksual terjadi karena perempuan yang berpakaian minim. Ah, sekarang anak kecil dan orang tua pun jadi korban pelecehan, bahkan pemerkosaan. Bahkan anak santri pun bisa diperkosa.
Anyways, saya pernah dilecehkan melalui sms jorok yang seronok. Rasanya jijik membaca dan jijik sama orang yang mengirimkan. Orang tersebut mencoba meminta maaf dan mencoba berperilaku baik, tapi ternyata sama saja. Entah apa karena ia pernah dilecehkan oleh orang lain sehingga membuatnya cacat karakter dan tanpa disadari ia merasa adanya kenikmatan ketika ia melampiaskannya kepada orang lain. Saya pun sulit memaafkan sampai sekarang karena saya merasa marah, saya merasa gusar, saya merasa... 'Bisakah kamu sopan? Bisakah untuk tidak kurang ajar? Bisakah kamu tahan nafsumu? Bisakah kamu menutup mulut dan melakukan pekerjaan kamu dengan baik dan benar? Mind your business!'
Membahas pelecehan seksual memang sangat luas, karena yang satu merasa hanya sekedar iseng atau menggoda sedangkan yang satu lagi merasa betul-betul dilecehkan. Intinya, pelecehan ini masih bersifat subjektif. Hanya dirasakan oleh yang bersangkutan. Pelecehan seperti godaan atau siulan tidak menimbulkan memar seperti baru dipukuli sehingga tidak ada bukti fisik, namun jelas "keamanan" seseorang menjadi terganggu.
Pelecehan seksual bisa terjadi karena perbedaan kekuasaan: posisi, jabatan, gender, dan lainnya. Pelecehan tidak hanya terjadi di jalan, tetapi juga di tempat kerja. Ya... misalnya seperti kasus DPR sekarang deh. Di luar kebenaran siapa yang sebenarnya melecehkan (karena sampai sekarang masih tidak jelas dan kedua belah pihak terus berkelit), saya merasa salut dengan mantan sekretaris. Bagaimana ia - yang dipaksa melayani bosnya dibawah ancaman - membuka kedoknya blak-blakan di depan media? Ia memberi tahu apa yang dilakukan bosnya, di ruang mana tempat mereka melakukannya, bagaimana strategi saling sembunyi ketika mau check in di hotel, dan lainnya. Padahal masuk ke media adalah media akan menelanjanginya, membuatnya transparan. Seperti berlian di dalam etalase, ia akan terus dilihat dan diperhatikan. "I am seen transparant, transparant, transfixed."
Saya tidak menyebutkan kalau pria yang selalu melakukan pelecehan seksual (dan saya baru menyebutnya sekarang). Tapi bukan berarti perempuan tidak melakukannya. Perempuan pun tanpa disadari melecehkan laki-laki. Terkadang perempuan berkomentar mengenai gender laki-laki, terkadang perempuan pun mengumbar humor seksual, dan lainnya. Contohnya seperti film Disclosure dimana laki-laki menjadi korban pelecehan seksual.
Jadi, hormatilah masing-masing. Bilang saya copycat, bilang saya plagiator, bilang saya tukang salin. Tapi menurut saya, ini benar: Protect yourself from sexual harassment, don't wait until it happens, but do it... now!
-Nia-