
Teori mengatakan bahwa dalam berkomunikasi, kita cenderung untuk mengamati gerak-gerik, bahasa tubuh, dan nada lawan bicara kita daripada mendengarkan apa yang dikatakannya. Saat lawan bicara kita mengatakan, "Aku tidak marah!", kita tidak akan semudah itu percaya. Nada suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuhnyalah yang memberikan kita kesimpulan. Namun, pada pembicaraan via email atau yang sejenis (dimana kita hanya bisa melihat huruf dan kata-kata), penambahan icon emosi (emoticon) berguna untuk menyampaikan maksud dari pengirim pesan. Sejauh mana alat bantu emoticon berpengaruh pada kita?
Ternyata, kedua hal tersebut memiliki pengaruh yang berbeda pada penerima dengan kepribadian yang berbeda, menurut Byron dan Baldridge (2007). Pada penerima emoticon yang berkepribadian ekstrovert dan memiliki kendali emosi yang kuat, akan menyukai pesan yang disampaikan dengan emoticon yang tepat. Namun sebaliknya, pada penerima yang berkepribadian introvert dan memiliki emosi yang labil, emoticon tidak akan memiliki efek apa-apa, bahkan membuat penerima tersebut tidak menyukai pesan yang disampaikan.
16 Maret 2008 pukul 08.29
Kalo gak salah (banget), ada anak Psiko UI'05 yg ngambil topik ini sbg bahan eksperimen di -tentu saja, kuliah eksperimen?
Ehm, kalo ga salah inget (lagi), ada anak sastra yang bilang kalo pernah ada yang menganalisa macam2 emoticon yg jadi "bahasa gaul" texting di Jepang sana..?
Mungkin admin blog ini bisa minta mereka "publish" hasil penelitian mereka di sini? Sekedar mengenal lebih jauh topik ini ajah... :')
26 Maret 2008 pukul 04.10
gue sebagai pecinta dunia per MSN-an dan menggunakan media tersebut sebagai sarana komunikasi utama melepas kangen (cailah)..malah baru tau kalo emoticon ada hubungannya sama personalty..the fact is true coz in extrovert (ME) the use of them even can trigger certain emotions, so it is not just about strengthening guys..mnurut gue si gitu..kalo yang introvert gak ngaruh dong yah?
24 Mei 2008 pukul 04.21 Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
24 Mei 2008 pukul 04.24 Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
1 Juni 2008 pukul 04.49
jujur, gue gak setuju kalo extrovert dibilang lebih dapat mengendalikan diri daripada introvert, dan gue juga gak setuju kalo introvert dibilang lebih labil secara emosional daripada extrovert,
karena, pada kenyataannya, orang yang extrovert lah yang cenderung lebil labil secara emosional dan cenderung tidak dapat mengendalikan diri,
hal ini disebabkan karena extrovert lebih membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengendalikan dirinya, sedangkan introvert lebih mandiri dalam melakukan hal ini.
satu lagi tambahan penting,
kemungkinan besar emoticon bahkan diciptakan oleh mereka yang introvert, yang lebih banyak memiliki teman di dunia maya / cyber dibandingkan pada kenyataannya,
so, isn't that so make sense?
that is why emoticon used to control the expression of emotions so that other people in the cyber world could know how does the feelings while they are communicate in cyber world...